Insiden Microphone Mati Warnai Upacara Peringatan Hari Guru di Yogya

Written By Unknown on Senin, 25 November 2013 | 11.22

Laporan Reporter Tribun Jogja, Niti Bayu

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Matinya microphone saat upacara memperingati Hari Guru dan ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tidak membuat Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, Titik Sulastri menghentikan pembacaan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

Akibatnya, separuh akhir sambutan tersebut kurang dapat didengar guru-guru se-Kota Yogyakarta yang menjadi peserta upacara tersebut.

Pada upacara yang digelar di Stadion Kridosono, Senin (25/11) pagi tersebut, microphone berhenti berfungsi saat Titik sebagai pembina upacara membacakan sambutan Kemendikbud. Namun Titik memutuskan terus membaca teks tersebut, meskipun suaranya tidak terdengar oleh para peserta. Upacara tetap dilanjutkan, dan microphone kembali menyala saat pembacaan doa.

Menurut Titik, sebenarnya upacara berlangsung lancar dan bagus. "Kejadian microphone mati tadi adalah faktor x. Panitia sudah mempersiapkan acara ini sebaik mungkin," ujarnya saat ditemui seusai upacara.

Menurut seorang panitia upacara, Yuferi, matinya microphone disebabkan padamnya aliran listrik. Sementara genset yang disiapkan panitia, menurut Yuferi, dayanya ternyata tidak cukup kuat untuk mengalirkan listrik ke peraalatan-peralatan elektronik yang digunakan.

"Kami sudah mencoba memindahkan sumber aliran listrik ke genset, namun rupanya tetap tidak kuat," kata Yuferi yang juga merupakan Kepala Sekolah SD N 5 Kotagede itu.

Jatah APBD Besar

Sambutan Mendikbud yang dibacakan Titik Sulastri berisi ajakan menteri untuk meningkatkan layanan dan keterjangkauan pendidikan demi mempersiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Republik Indonesia.
Untuk itu, pihaknya akan memperbaiki jangkauan di daerah-daerah terdepan, terluar, dan tertinggal.

Seusai upacara, kepada para wartawan Titik mengatakan, jatah APBD Kota Yogyakarta untuk sektor pendidikan terbilang tinggi, yaitu mencapai 48% dari keseluruhan anggaran. "Jauh di atas target 20%," katanya.

Menurutnya, peringatan Hari Guru dan HUT PGRI ke-68 bisa menjadi ajang introspeksi bagi para guru untuk semakin memperbaiki kualitas dan pelayanannya.

Sementara itu, menurut Ketua PGRI DIY, Zainal Fanani, pihaknya sudah beberapa kali menyampaikan usul dan saran ke Kemendikbud untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Usul-usul tersebut mencakup mulai dari pengadaan tenaga pengajar, pembinaan, sertifikasi guru, hingga mengenai masa pensiun para guru.

Ia menyebut dua permasalahan yang masih sering mengganjal, yaitu sertifikasi guru, kurikulum 2013 yang pelaksanaan di lapangan masih belum jelas, serta kurangnya jumlah guru di tiap kabupaten di DIY. Menurut Zainal, pemerintah tidak berani banyak-banyak mengangkat guru PNS, padahal antrian sudah panjang. "Saya sampai merasakan suasana mbedhedheg," ungkap Zainal.

Menurutnya, saat ini total terdapat sekitar 52 ribu guru di seluruh wilayah DIY. Ia menyebut, sebagian besar di antaranya masih berstatus sebagai guru honorer.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Drs Edy Heri Suasana mengatakan, pemerintah memperhatikan nasib guru honorer melalui pemberian intensif. Ia mengatakan, dana untuk intensif tersebut didapatkan dari APBD dan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ia juga berharap, momentum Hari Guru dapat memacu para pendidik tersebut untuk semakin mengoptimalkan dedikasinya mencerdaskan kehidupan anak bangsa. (*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Insiden Microphone Mati Warnai Upacara Peringatan Hari Guru di Yogya

Dengan url

http://jogyamalioboro.blogspot.com/2013/11/insiden-microphone-mati-warnai-upacara.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Insiden Microphone Mati Warnai Upacara Peringatan Hari Guru di Yogya

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Insiden Microphone Mati Warnai Upacara Peringatan Hari Guru di Yogya

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger