TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO
- Momen mengucap ijab qabul kerap jadi situasi yang sangat sakral bagi pasangan pengantin. Kesempurnaan kata menjadi hal yang penting. Demikian juga bagi pasangan tuna wicara ini. Keterbatasan fisik tak mengurangi semangat mereka untuk mengucap ikrar suci.Raut wajah Suyanto (29), warga Banguncipto Sentolo, Jum'at (16/8/2013) pagi itu terlihat sumringah. Dia akan menjalani akad nikah dengan kekasihnya, Eka apriyanti (24), warga Tegallembut, Giripeni, Wates.
Dengan mimik tubuh yang tegas dan mantap, Suyanto menjabat tangan penghulu nikah di depannya. Namun, mulut Suyanto tak bergerak sama sekali. Tak sebaris kalimatpun diucapkannya. Maklum saja, dia memiliki kelainan fisik tak mampu berbicara alias tuna wicara. Demikian juga dengan pasangannya.
Tidak ada yang berbeda dengan prosesi pernikahan lain pada umumnya. Mulai dari mas kawin, saksi, wali nikah maupun penghulu semuanya lengkap seperti pernikahan umum. Bedanya ketika ijab kobul dilaksanakan. Tidak ada ucapan atau lafal yang terdengar. Hanya anggukan tiga kali sebagai isyarat pengganti ijab kobul ini.
Anggukan pertama, dilakukan untuk mengiyakan nama, anggukan kedua mengiyakan mas kawin senilai Rp 50 ribu. Sedangkan pada anggukan ketiga untuk mengiyakan ikrar pernikahan.
"Intinya, dalam ijab, begitu menerimakan lelaki, kalau dia merespon, itu sudah ijab qabul. Dan tadi pengantin pria bisa menerima reaksi kita," kata Abdul Rohman, Kepala KUA Wates yang bertindak sebagai penghulu.
Paska ijab qobul, pasangan pengantin ini nampak cukup ceria. Dari raut mukanya mereka benar-benar bahagia, lantaran resmi menjadi suami isteri. Kedua pasangan ini mengaku telah menjalin asmara sejak empat tahun lamanya.
Suyanto adalah lulusan SLB PGRI Nanggulan sementara Eka masih duduk di kelas tiga SLB Giripeni sambil bekerja. Berawal dari pertemuan di beberapa kegiatan antar sekolah, mereka lantas memadu kasih dan menapaki hubungan yang lebih serius.
"Senang rasanya bisa menikah. Saya pengin punya dua anak," kata Suyanto sambil berisyarat dengan menunjukkan dua buah jarinya.
Menurut Margini (46), guru sekolah Eka, keduanya memang sering bertemu di beberpa kegiatan seperti Pekan Olahraga dan Seni antar sekolah. Dari keterangan pihak keluarga, lanjut Margini, Suyanto kerap bertandang ke rumah Eka. Dari situ, keluarga lalu bermusyawarah dan akhirnya menikahkan keduanya.
"Dari ketemu di beberapa ekgiatan, lalu akhirnya saling suka. Dari situ mereka akhirnya memutuskan untuk menikah," tuturnya.(*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Ketika Pasangan Tuna Wicara Mengucap Ikrar Ijab Qabul Pernikahan
Dengan url
http://jogyamalioboro.blogspot.com/2013/08/ketika-pasangan-tuna-wicara-mengucap.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Ketika Pasangan Tuna Wicara Mengucap Ikrar Ijab Qabul Pernikahan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Ketika Pasangan Tuna Wicara Mengucap Ikrar Ijab Qabul Pernikahan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar