Tribun Jogja - Minggu, 11 November 2012 10:37 WIB
Dalam rangka hari Pahlawan yang juga merupakan hari nasional bangsa Indonesia, tujuh seniman perempuan yang berkonsentrasi pada medium fotografi dan video art menggali makna dari 'Pupur, Dapur, dan Kasur'. Mereka adalah Mita Ketawa, Yogi Antari, Ika Yulianti, Monika Hapsari, Agra Locita, Dira Herawati, dan Wahyu Utami. Latar belakang mereka yang berbeda membuat titik pengambilan maknanya juga berbeda. Kesamaannya adalah mereka ingin mendobrak kodrat yang melekat pada perempuan. Dengan berbagi ide dasar yang berbeda, mereka menyajikan karya-karya yang menarik untuk dilihat, yaitu bagaimana posisi wanita di jaman penjajahan, orde baru, dan di masa reformasi.
Pameran yang diadakan selama seminggu dari 9 November sampai 16 November 2012 ini bertempat di Kersan Art Studio, Dusun II Kersan No 154, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul Yogyakarta Indonesia. Menurut Vasiliki Ralli pada pengantar pameran, ide ini berawal dari sebuah sejarah kelam bangsa Indonesia dijaman penjajahan Jepang, Ika Yulianti meyajikan sebuah karya mengenai "Jugun Lanfu", ia menganggap mereka adalah para wanita yang mencoba melawan penjajahan melalui siksaan dan penderitaan yang tidak bisa dibayangkan oleh manusia jaman sekarang. "Melawan Bisu" (Against Silence) sebagai judul karyanya yang menceritakan tentang mereka para jugun Ianfu yang memberikan kebebasannya dengan harus melayani napsu bejat para serdadu Jepang.
Mereka hanya bisa diam dan melawan dalam keheningan siksaannya. Jika pupur atau bedak adalah simbol berdandan pada wanita, menurut Vasiliki, disini justru pupur adalah simbol kesengsaraan wanita disaat itu. Masih segar dalam ingatan kita film G 30 S/PKI, sebuah film sejarah bangsa Indonesia yang sempat menjadi wajib tontonan segala umur dimasa Orde Baru era pemerintahan presiden Soeharto. Para Gerwani, sebuah kelompok wanita dari Partai Komunis Indonesia dituduh sebagai peyiksa keji para Jenderal dari masa Orde Lama.
Mereka disimbolkan sebagai wanita cantik, berbaju merah yang merusak wajah Jenderal dengan silet yang ada di sela-sela dinding gedek. Apakah itu sebuah kebohongan? Belum ada pernyataan resmi dari pemerintah, namun karya ini mencoba menunjukkan bahwa silet itu adalah simbol wanita Gerwani yang akhirnya hanya diletakkan di dinding gedek. Monika Hapsari memberikan judul karya video nya 'Bisu'.
'Thinking of You', sebuah karya fotografi dari Agra Locita mengenai para perempuan dengan menggunakan warna hitam dan putih. Agra mencoba melihat kedalaman perasaan perempuan setengah baya, apakah mereka merasa hidup yang telah dilaluinya cukup menyenangkan. Menjadi wanita yang harus menjaga penampilan, pintar memasak dan selalu melayani di tempat tidur adalah tuntutan wanita Asia. Baik suka atau tidak suka, terpaksa atau dengan senang hati, harus menjalaninya seperti lingkaran yang tidak berhenti. Semua itu ditangkap oleh Agra.
Karya fotografi yang lain dibuat oleh Dira Herawati, seorang seniman wanita yang mencoba menangkap momen tentang jejak langkah. Jejak langkah yang diharapkan adalah sebuah doa menuju masa depan dan jejak langkah masa depan dimana kita tidak bisa berbalik lagi, hanya bisa melihat bekasnya saja. Karya ini diberi judul 'Menapak Jejak' dan 'Doa untuk Langkah masa depan'.
'Confession' menjadi sebuah jawaban dari wanita masa kini. Betapa dunia wanita yang harus selalu di posisi lemah dan hanya menjadi tambahan penghias rumah oleh para laki-laki, membuat wanita modern menjadi kebingungan, mana yang harus dipilih? Keinginan untuk lepas dari kewajiban berdandan, memasak dan melayani seks para lelaki tidak hanya dialami oleh satu atau dua wanita. Keinginan menjadi diri sendiri adalah keinginan dari banyak wanita yang terus bergelora dalam pikiran para wanita. Semua disimbolkan melalui permainan warna. Kesakralan rahim wanita di angkat oleh Mita Ketawa dalam karyanya.
Bagaimana wanita yang pernah jadi manusia kelas dua, sebenarnya melahirkan para masyarakat kelas satu. Dari balik rahim itu, para calon manusia akan belajar tentang dunia luar. Fungsi seorang wanita yang bisa mengenalkan bayi dari dalam rahim sampai keluar rahim.
Boneka barbie sebagai simbol wanita cantik yang universal adalah fokus dari karya Wahyu Utami. Dia menganggap wanita modern telah disetir oleh kapitalis sehingga makna cantik seseorang menjadi sama. Boneka Barbie telah mencuci otak para wanita dalam memandang dirinya sendiri. 'Killing the desire' ingin menunjukkan produk kapitalis dari barat telah menghilangkan kecantikan alami setiap wanita. (rap)
Anda sedang membaca artikel tentang
Menggugat Pupur, Dapur dan Kasur
Dengan url
http://jogyamalioboro.blogspot.com/2012/11/menggugat-pupur-dapur-dan-kasur.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Menggugat Pupur, Dapur dan Kasur
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Menggugat Pupur, Dapur dan Kasur
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar