Sampai Sekarang Afifah Masih Tak Percaya Raih Nilai Tertinggi

Written By Unknown on Selasa, 20 Mei 2014 | 11.22

Laporan Reporter Tribun Jogja, Niti Bayu Indrakrista

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Nur Afifah Widyaningrum, yang biasa disapa Afi, masih tenggelam dalam kegelisahan, sehari menjelang pengumuman hasil UN SMA. Kabar dari temannya, bahwa nilai UN-nya terbaik untuk siswa IPS di seantero negeri, tidak membuatnya lebih tenang.

"RASANYA galau," begitu kata Afi mendeskripsikan perasaan yang ia alami, menggunakan istilah khas anak muda masa kini, saat ditemui Tribun di rumah orangtuanya di kawasan Jogokariyan, Yogyakarta, Senin (19/5) sore.

Sekitar dua jam sebelumnya, ia mendapat kabar dari kawannya. Bunyinya dahsyat: capaian UN Afi paling baik di Indonesia. Menurut Afi, kawannya itu mendapat kabar dari internet. "Saya tidak percaya ketika pertama mendengar kabar itu," kata dia.

Afi pun ikut mengecek. Benar saja, nama lengkapnya ada di puncak daftar nilai UN SMA terbaik untuk jurusan IPS. "Sampai sekarang saya masih tidak percaya," kata Afi, yang memutuskan menunggu pengumuman dari sekolah keesokan harinya (Selasa hari ini, Red).
Tidak ada yang istimewa dalam persiapan Afi untuk menghadapi UN. Ia mengikuti les privat sejumlah mata pelajaran (Mapel) yang diujikan. Layaknya siswa-siswa lain, perempuan kelahiran Yogyakarta, 5 Maret 1996, itu mengaku dirinya juga merasa sedikit stres. Apalagi hasil UN juga akan dipertimbangkan dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Uniknya, ternyata ia merasa kesulitan pada semua mata pelajaran yang diujikan, tanpa kecuali. Bahkan, ujian Mapel Geografi sempat membuatnya shock. Penyebabnya, Afi menemui sejumlah soal yang belum pernah ia hadapi dalam pelajaran maupun berbagai latihan ujian. Namun Afi tidak menyerah. Ia berusaha menjawab satu demi satu pertanyaan semaksimal mungkin.

Kini, untuk mempersiapkan jika dirinya tidak diterima lewat jalur SNMPTN, Afi mengisi masa liburan pasca-UN untuk membaca buku dan belajar demi mempersiapkan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN). Perasaan galaunya kian lengkap. "Selain menunggu hasil UN, saya merasa persiapan untuk SBMPTN juga belum maksimal," katanya, kemudian tersenyum.
Ia berharap, hasil kerja kerasnya cukup baik untuk menjadi tiket masuk ke PTN dambaannya, yaitu UGM. Afi ingin masuk ke Program Studi Sastra Inggris di Kampus Biru. "Saya suka baca, dan ingin bergelut dengan literatur Bahasa Inggris," kata sulung dua dari dua bersaudara itu.

Jangan remehkan

Adapun resep sang jawara ternyata sederhana. "Jangan menyepelekan guru dan pelajaran," kata Afi, lantas tersenyum. Ia mengatakan, banyak siswa yang kerap menganggap enteng dan tidak menghargai guru yang mengajar, maupun pelajaran yang dia berikan. Menurut alumnus SMPN 5 Yogyakarta itu, sikap tersebut pasti akan merugikan diri siswa itu sendiri.

Afi menilai, banyak siswa yang tidak bisa memahami betapa berharganya kesempatan yang mereka peroleh hingga bisa mengenyam pendidikan sampai tingkat SMA. Padahal, tidak semua anak bisa seberuntung itu. Menurut dia, kesempatan tersebut harus dibayar dengan belajar secara sungguh-sungguh. "Jadilah anak yang lurus dan rajin," kata Afi.

Prestasi Afi pun mengalami peningkatan secara konsisten. Setelah sempat merasa 'biasa saja' pada kelas X, nama Afi selalu terpampang pada daftar peraih tiga besar sejak kelas XI. Meskipun demikian, bukan berarti aktivitas Afi di sekolah melempem. Ia aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik di sekolah sejak kelas X hingga XI.

Keseriusan serupa ditunjukkan Hashina Zulfa, siswa SMAN 1 Yogyakarta dari jurusan IPA. Ia mengatakan, untuk bisa berhasil di dunia akademik, siswa harus kerap mengulang pelajaran yang telah ia dapat. Selain itu, siswa SMA juga harus bisa membagi waktu agar berimbang antara kewajiban akademis dengan kegiatan organisasi.

Kerja keras Zulfa terbayar. Ia meraih nilai UN SMA tertinggi di DIY, sekaligus peringkat ketiga UN SMA Jurusan IPA tingkat nasional. "Alhamdulillah, saya merasa bersyukur," kata Zulfa saat dihubungi Tribun, Senin petang.
Sama seperti Afi, Zulfa juga mengaku mengalami kesulitan saat mengerjakan soal UN. Ia merasa ujian Matematika dan Bahasa Indonesia sebagai momok baginya. Tapi bukan berarti mapel lain bisa ia lewati secara mudah. "Soal-soal UN begitu berbeda dengan soal try out," kata anak ketiga dari lima bersaudara itu, menceritakan kesusahan yang ia alami.

Adapun Kepala SMAN 1 Yogyakarta, Rudy Prakanto, mengatakan mengapresiasi prestasi dua siswanya itu sebagai pencapaian luar biasa. "Catatan luar biasa untuk SMAN 1 dan untuk Yogyakarta," kata Rudi.

Menurut dia, prestasi itu membuktikan DIY dan Yogyakarta masih punya kekuatan prestasi sebagai Kota Pendidikan. Ia melanjutkan, selama ini siswa-siswanya memang cenderung serius mempersiapkan UN. Pihak sekolah, kata dia, juga siap memberikan penghargaan kepada para siswa cemerlang tersebut berupa uang pembinaan. (niti bayu indrakrista)


Anda sedang membaca artikel tentang

Sampai Sekarang Afifah Masih Tak Percaya Raih Nilai Tertinggi

Dengan url

http://jogyamalioboro.blogspot.com/2014/05/sampai-sekarang-afifah-masih-tak.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Sampai Sekarang Afifah Masih Tak Percaya Raih Nilai Tertinggi

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Sampai Sekarang Afifah Masih Tak Percaya Raih Nilai Tertinggi

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger