Adi 22 Tahun Jadi Pengamen Hidupi Keluarga

Written By Unknown on Selasa, 07 Januari 2014 | 11.22

TRIBUNJOGJA.COM, SEMARANG - Hidup di jalan bukanlah sebuah pilihan. Kalau ada pekerjaan lain dengan penghasilan yang bisa mencukupi kebutuhan keluarga, mereka yang ada di jalan kemungkinan meninggalkan kehidupan kerasnya.

Seperti diungkapkan sebut saja Adi (39) kepada Tribun Jateng (Tribunnews.com Network), Minggu (5/1/2014). Sehari-hari, Adi berprofesi sebagai pengamen di bus kota di Semarang. Tidak tanggung-tanggung, ayah tiga anak ini telah menjadi pengamen selama 22 tahun terakhir. Profesi pengamen dipilihnya karena kurangnya lapangan pekerjaan.

Dari hasil mengamen itulah, Adi menghidupi keluarganya. Saat ini, dua anaknya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan si sulung sudah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA).

"Alhamdulillah. Dari mengumpulkan recehan di bus kota, anak-anak saya bisa sekolah. Saya bersyukur anak sulung saya bisa lulus sekolah atas," jelasnya.

Sehari-hari, Adi membutuhkan uang sekitar Rp 70 ribu untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan keluarga. Untuk uang saku anak saja, Adi harus merogoh koceknya Rp 10 ribu. Belum untuk kebutuhan lain yang hampir semuanya harus dibeli.

Di sisi lain, ia juga harus memikirkan kebutuhan rutin bulanan. Mulai dari membayar SPP dua buah hatinya, membayar kontrakan, listrik, dan sebagainya.

"Kalau untuk makan, yang penting kami punya beras. Lauknya dengan tempe goreng saja cukup. Kebutuhan utama adalah biaya pendidikan anak-anak," jelas pria berambut cepak ini.

Persoalan mengenai anak jalanan, menurutnya tidak akan selesai hanya dengan membuat peraturan atau menggelar razia. Ia yakin, mereka akan kembali ke jalan setelah razia usai. Pemerintah juga harus memikirkan solusi nyata.

"Ini menyangkut persoalan perut dan menghidupi keluarga. Jangan hanya dioprak-oprak tanpa solusi," sambung Adi.

Terbukanya lapangan pekerjaan, adalah hal utama jika ingin membersihkan anak jalanan di Semarang. Ia mengatakan, hal itu lebih utama dibandingkan memberikan modal. Lantaran bisa saja modal yang diberikan tidak dipergunakan dengan baik.

Ditanya pekerjaan jenis apa yang diinginkannya, Adi mengatakan dia berpengalaman dalam bidang jasa pengamanan. Jika ada yang menawarkan pekerjaan tersebut, ia akan lebih memilih bekerja dengan penghasilan tetap dibandingkan mengamen.

Hal senada juga dikatakan seorang ibu, sebut saja Ida, yang anaknya mencari nafkah di jalan. Jaminan pekerjaan dengan penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarga. Jika hal itu tidak tersedia, Ida meragukan persoalan anak jalanan bisa terselesaikan.

Rencana Pemkot Semarang menerbitkan Perda Anjal dan Gepeng, sudah didengar oleh para anjal dan pengguna jalan. Menurut Ida, pernah suatu kali ia mendengar cerita dari anjal yang menyebutkan kalau ada pengguna jalan yang sempat ragu untuk memberikan uang kepada anjal.

Hal itu dibenarkan oleh seorang anjal yang sempat berbincang dengan Tribun Jateng, sebut saja Ira. Menurutnya, ia pernah menemui pengguna jalan yang ragu memberikan uang.

"Katanya (pengguna jalan) takut dihukum kalau ngasih uang ke anak jalanan," ucapnya.

Meskipun demikian, Ira tak ambil pusing. Lantaran ia bukanlah seorang pengemis. Sehari-hari, anak berusia belasan tahun ini berprofesi sebagai pengasong di sebuah pusat keramaian di Semarang. (*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Adi 22 Tahun Jadi Pengamen Hidupi Keluarga

Dengan url

http://jogyamalioboro.blogspot.com/2014/01/adi-22-tahun-jadi-pengamen-hidupi.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Adi 22 Tahun Jadi Pengamen Hidupi Keluarga

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Adi 22 Tahun Jadi Pengamen Hidupi Keluarga

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger