Jumlah Korban Narkoba dan Rumah Rehabilitasi Tidak Seimbang

Written By Unknown on Jumat, 19 Juli 2013 | 11.22

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Memahami perbandingan yang tidak tidak seimbang antara jumlah korban dengan rumah rehabilitasi, Badan Narkotika Nasional (BNN) butuh peran serta swasta dan masyarakat dalam menangani korban narkoba. Di antaranya adalah bekerja sama dengan sejumlah panti rehab di Tanah Air.

Kepala Seksi Fasilitasi Rehabilitasi Komponen Masyarakat, Deputi Bidang Rehabilitas BNN, Suhartini Saragih mengakui bahwa masalah korban narkoba tidak hanya menjadi tugas BNN. Namun masyarakat dan swasta juga diharapkan berperan di dalamnya.

Untuk itu BNN menyelenggarakan bimbingan teknis kepada Griya Pemulihan Siloam, di Jalan Godean-Tempel KM 3, Klangkapan, Margoluwih, Seyegan, Sleman, Yogyakarta, Kamis (18/7). Kegiatan tersebut

"Ini untuk memberdayakan masyarakat dan melibatkan komponen masyarakat agar tahu bagaimana menangani pecandu. Karena kami tak bisa tangani korban narkotika sendiri," ujarnya.

Saat ini, lanjutnya, BNN praktis hanya memiliki tiga tempat rehabilitasi korban narkoba, yakni Lido, Sukabumi, dan Samarinda. Selanjutnya mungkin akan dibuka lagi di Makassar dan Kepulauan Riau.

Pada kegiatan tersebut, BNN memberikan arahan kepada Griya Pemulihan Siloam mengenaik teknis penanganan korban narkoba atau yang lebih dikenal dengan sebutan residen.

"Kami secara khusus memberikan binaan bagi Griya Pemulihan Siloam, bagaimana menangani para residen dengan selayaknya," paparnya.

Tahun ini, pihaknya memilih 80 dari 144 tempat rehab yang dianggap telah memadai, untuk diberikan bimbingan teknis soal penanganan residen. Satu di antaranya adalah Siloam di Sleman, DI Yogyakarta.

"Kunci keberhasilan bagi pecandu adalah mereka clean (sembuh, red) dan kembali ke masyarakat. Selian itu mereka bisa produktif dan berfungsi lagi dalam masyarakat. Dan hal itu sudah ada di program Siloam," jelasnya.

Ketua Griya Pemulihan Siloam, Ester Budhi membenarkan bahwa lembaga yang telah didirikannya sejak 2001 itu mendapatkan bimbingan teknis dari BNN soal penanganan para residen. Meski begitu, ia mengaku telah memiliki standard operational procedure (SOP) sendiri yang telah lama dilaksanakan.

"Sebagai rumah rehab, kami menangani mereka sampai benar-benar clean, hingga after care (pemulihan) dan menjelang pulang," paparnya.

Namun sebelum residen pulang, kami harus meminta konfirmasi orangtua yang bersangkutan, apakah residen siap jika dipulangkan.

Ester menambahkan, selama dalam penanganan, para residen menjalani program penyembuhan, yang terdiri dari empat tahapan. Tahapan terapi tersebut adalah, adaptasi atau sosialisasi, terapi holistik, rawat jalan, dan after care.

"Kami menerapkan program terapi berbasis komunitas. Para residen berkumpul di komunitas, belajar recovery sekitar enam bulan.
Lalu ada diskusi, family support, dan yang penting character building, agar mengalami perubahan perilaku," jelasnya.

Selain itu, Ester juga memberikan pelatihan soft skill yang akan sangat bermanfaat bagi para residen. Ia mengajarkan bagaimana membuat kerajinan, makanan kecil, dan lain-lain, sebagai cara memulihakn kepercayaan diri residen dan diterima kembali oleh masyarakat.

"Intinya tugas kami adalah membuat residen clean dan mendampingi mereka hingga siap kembali ke masyarakat," paparnya.

Sebagai sebuah rumah rehab, Griya Pemulihan Siloam dapat memuat sebanyak 60, masing-masing 30 putra dan 30 putri. Dalam setahun, rata-rata sebanyak 25 hingga 27 residen dalam usia produktif masuk panti. (*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Jumlah Korban Narkoba dan Rumah Rehabilitasi Tidak Seimbang

Dengan url

http://jogyamalioboro.blogspot.com/2013/07/jumlah-korban-narkoba-dan-rumah.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Jumlah Korban Narkoba dan Rumah Rehabilitasi Tidak Seimbang

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Jumlah Korban Narkoba dan Rumah Rehabilitasi Tidak Seimbang

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger