Laporan Reporter Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Mitigasi adalah usaha untuk meminimalkan dampak yang disebabkan bencana alam. Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar yang beberapa waktu lalu dilanda musibah tanah longsor, memang terletak di kawasan rawan bencana. Perlu langkah yang terukur untuk melakukan mitigasi di kawasan tersebut.
Menurut Dosen Mitigasi Bencana Alam,Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Indra Permanajati, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk upaya mitigasi di kawasan tersebut.
"Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengenalan karakteristik Dusun Jemblung dan sekitarnya, seperti bentuk lahan yang berbentuk perbukitan dengan kemiringan sedang-terjal, batuannya sebagian batuan vulkanik, bentuk lereng yang bervariasi, bahkan sampai jenis tanah di dusun tersebut harus diidentifikasi, kondisi curah hujan, intensitas sungai di daerah tersebut," ungkap Indra Permanajati melalui rilis yang diterima TRIBUNJOGJA.COM, Senin (22/12/2014).
Kemudian dari ciri-ciri khas di daerah tersebut sudah harus mulai memikirkan apa risiko bencana di daerah ini. Seperti Dusun Jemblung dan sekitarnya risiko terbesar adalah tanah longsor kemudian banjir.
Setelah kita tahu potensi bahaya di daerah ini, lalu langkah memahami sistem bencana yang akan terjadi dan bagaimana caranya membuat daerah tersebut stabil.
Konsep pemahaman mengenai longsor sudah selayaknya harus diketahui oleh masyarakat, sehingga diharapkan masyarakat akan mampu untuk mengatasi kondisi di daerahnya. Hal ini yang harus menjadi target dari penanganan bencana di setiap wilayah di Indonesia.
Menurut Indra Permanajati, di wilayah Dusun Jemblung, penanganan yang paling tepat adalah sistem Bio-Enginering atau teknik tanaman, hal ini dikarenakan wilayah yang luas dan berbukit-bukit. Sehingga teknik hard protection seperti membuat talud-talud ditepi lereng kurang memungkinkan.
Cara Bio-Engineering ini adalah penanganan longsor dengan memperhatikan kesetimbangan lereng yang dibentuk oleh tanaman. Seperti halnya di bukit Telaga Lele, pengaturan tanaman sebaiknya memperhatikan sudut kelerangan dan posisi lerengnya.
Untuk tanaman palawija dapat ditanam pada lereng bagian bawah dan sudut kelerengan tidak terjal. Tetapi mesti ada tanaman yang menopang/memperkuat lereng seperti Kaliandra dan tanaman lainnya yang mempunyai perakaran kuat, walaupun jumlahnya tidak banyak.
"Kemudian makin ke atas, dengan sudut kelerengan makin tinggi masih diperbolehkan menanam tanaman palawija. Tetapi konsekuensinya tanaman penopang lereng harus diperbanyak. Karena kondisi lereng yang cukup terjal berpotensi terhadap longsor," tambah Indra. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Mencegah Longsor Terulang Kembali di Dusun Jemblung
Dengan url
http://jogyamalioboro.blogspot.com/2014/12/mencegah-longsor-terulang-kembali-di.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Mencegah Longsor Terulang Kembali di Dusun Jemblung
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Mencegah Longsor Terulang Kembali di Dusun Jemblung
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar