Laporan Reporter Tribun Jogja.com, Agung Ismiyanto
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Masyarakat di Dusun Dawung, Desa Banjarengoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang kembali menggelar Grebeg Kupat atau ketupat, usai merayakan hari raya Idul Fitri 1435 Hijriyah, Jumat (1/8/2014) sore. Tradisi ini, sebagai simbol kerukunan dan saling memaafkan antar warga.
ATRAKSI beragam kesenian seperti topeng ireng, wayang orang, dan tarian tradisi menyemarakkan acara grebeg kupat yang dihelat di lapangan dusun setempat, kemarin. Terik matahari seolah tak menghalangi niat ratusan warga untuk berpartisipasi dalam acara yang rutin digelar setiap tahun itu. Anak-anak hingga kakek nenek berkumpul untuk menyaksikannya. Selain sebagai hiburan, acara ini juga mereka nantikan sebagai ajang berebut "berkah".
Berkah yang dimaksudkan dalam acara ini terbungkus dalam sebuah ketupat. Setiap ketupat yang merupakan simbol khas suasana lebaran, berisi uang pecahan Rp 2 ribu hingga 100 ribu. Ratusan ketupat itu kemudian disusun di sebuah gunungan yang memiliki tinggi sekitar 2,5 meter. Selain berisi ketupat, gunungan itu juga berisi beragam sayuran dan buah-buahan.
Sebelumnya, gunungan tersebut dikirab keliling Dusun oleh sejumlah warga. Dalam kirab tersebut, juga diiringi oleh topeng ireng dan tarian dayakan khas Magelang. Usai dikirab, gunungan tersebut kemudian diletakkan di tengah lapangan.
Tarian Prawita Lestari yang ditarikan oleh sekelompok anak gadis usia belasan tahun kemudian mengawali prosesi grebegan. Musik gamelan pun menghentak usai sesepuh dusun membacakan doa. Sebelum acara grebeg kupat dimulai, seluruh warga bersalam-salaman sebagai simbol saling memaafkan. Usai bersalam-salaman, begitu mendengar aba-aba "Grebeg Kupat Dimulai", ratusan warga langsung menyerbu gunungan tersebut.
Mereka berebut mendapatkanketupat sebanyak-banyaknya. Sebab, di dalam ketupat tersebut berisi uang dan bermacam-macam kupon. Meski saling berebut, namun mereka tampak menikmati acara tersebut. Usai grebeg kupat, warga juga dihibur dengan festival petasan dengan bunyi yang menggelegar.
Koordinator acara Grebeg Kupat dan Lintas Budaya Kampung, Gepeng Nugroho mengatakan Gepeng Nugroho, acara grebeg kupat sarat dengan makna filosofis. Menurutnya, kata grebeg mengandung arti kebersamaan dan berlomba-lomba. Sedangkan kata kupat, dalam bahasa Jawa berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan.
"Jadi acara ini dimaksudkan untuk sama-sama mengakui kesalahan dan menghabiskannya dengan permintaan maaf," jelas Gepeng.
Gepeng mengatakan acara Grebeg Kupat ini diselenggarakan setelah hari kelima atau keenam Lebaran. Adapun ketupat yang mendominasi gunungan, menyimbolkan kesalahan yang harus dimaafkan secara bersama-sama.
Tokoh masyarakat Dusun Dawung, Darsono menambahkan, grebeg itu dilakukan dalam rangka memenuhi syarat keimanan islam dan kerukunan masyarakat di wilayahnya tanpa membeda-bedakan agama dan golongan.
Sementara, ujarnya, uang yang ada di dalam ketupat merupakan bentuk kegembiraan di bulan yang syawal ini. Uang tersebut dikumpulkan dari warga yang tinggal di tujuh rukun tangga (RT) di dusun setempat. Setiap warga, mengumpulkan uang seikhlasnya untuk digrebeg dan dibagikan pada orang lain.
"Kita bersenang-senang, namun tetap membagi kegembiraan pada orang lain. Uang ini juga dikumpulkan dari warga sebagai ungkapan syukur dan amal sedekah," kata Darsono.
Salah satu warga, Purwo Sumarto (70), mengaku senang bisa mendapat sayuran dan uang Rp 4 ribu dari grebeg ketupat itu. Meski usianya sudah tua, namun dia mengaku tetap ingin terlibat dalam kegembiraan bersama warga sekitar.
"Rencananya uang yang saya dapat ini akan saya gunakan untuk belanja. Kalau sayurannya, akan saya masak," ungkapnya. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Simbol Kerukunan Dalam Grebeg Ketupat
Dengan url
http://jogyamalioboro.blogspot.com/2014/08/simbol-kerukunan-dalam-grebeg-ketupat.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Simbol Kerukunan Dalam Grebeg Ketupat
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Simbol Kerukunan Dalam Grebeg Ketupat
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar