Laporan Reporter Tribun Jogja, Niti Bayu Indrakrista
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Matahari mulai tergelincir kembali ke peraduan, ketika denyut aktivitas di sekitar Jalan Olahraga, kawasan Lembah Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai ramai. Rutinitas buka puasa di bulan Ramadan menjadi peluang bagi sebagian masyarakat wilayah ini untuk menambah pundi-pundi rupiah. Tidak hanya para pengusaha, momen itu juga dimanfaatkan masyarakat yang menjadi pedagang dadakan.
HARI semakin senja, cahaya alami semakin temaram. Namun keramaian di pasar sore kawasan lembah UGM semakin bergeliat. Para penjual makanan membuka lapak di tepi kiri dan kanan jalan berkonblok itu.
Di bagian selatan, dekat dengan Masjid Besar UGM, tampak berbagai kios nonpermanen beraneka warna dan logo. Semakin ke utara, lapak-lapak dari meja sederhana dan tulisan hitam pada kertas putih semakin banyak.
Aroma aneka kudapan dan minuman pun menjadi pewangi kawasan yang sempat termasyhur karena aktivitas Sunday Morning (Sunmor) tersebut. Para pengunjung, yang sebagian besar adalah kaum muda, tampak bersemangat menelusuri pasar sore tersebut, mencari makanan paling tepat untuk membatalkan puasa hari itu.
Lia Budiyati, mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian UGM tampak bersemangat menawarkan es campur dagangannya dan teman-teman. Mereka sengaja berjualan di sana demi mengumpulkan dana acara yang akan mereka adakan.
"Acara kami akan berlangsung September, bentuknya jambore tingkat nasional," kata perempuan berkerudung itu saat ditemui Tribun Jogja, Kamis (3/7/201) sore.
Lapak Lia dan kawan-kawan cukup sederhana. Hanya ada sebuah meja kayu biasa, ditemani tulisan nama minuman yang mereka jual. Namun dengan kesederhanaan itu, Lia mengaku dagangannya nyaris selalu habis pada hari-hari pertama Ramadan.
"Hanya hari pertama sisa, karena kami salah perhitungan saat beli barang dari suplier," ujar Lia. Sisa dagangan itu, kata Lia, mereka habiskan sendiri.
Fajar Gama Darmawan, mahasiswa UII, juga ikut berjualan di kawasan tersebut. Uniknya, ia berjualan dengan saudara-saudara sepupunya. "Untuk mengisi liburan dan merekatkan persaudaraan," kata Fajar.
Ia menjelaskan, persiapan membuka lapak setiap hari dimulai sekitar pukul 16.00. Menggunakan sepeda motor, ia dan saudara-saudaranya mengambil barang dagangan yang disimpan di rumah pakde mereka di kawasan Gunungketur, Pakualaman, Yogyakarta.
Modal didapat dari menyisihkan uang saku. Rata-rata mereka bisa mendapatkan keuntungan sebanyak Rp50 ribu sampai Rp100 ribu setiap hari.
Rencananya, mereka akan berjualan di pasar sore hingga satu minggu jelang Idul Fitri. "Karena mau santai dulu menjelang Lebaran," ujarnya.
Mendekati azan magrib, lalu lintas pejalan kaki di kedua sisi jalan semakin mendesak kendaraan bermotor. Namun keramaian itu dengan sendirinya memudar dan berakhir sebelum pukul 19.00, ketika gelap benar-benar menggelayut di langit Yogyakarta. (Tribunjogja.com)
Anda sedang membaca artikel tentang
Ngabuburit Plus Mendulang Rupiah di Lembah UGM
Dengan url
http://jogyamalioboro.blogspot.com/2014/07/ngabuburit-plus-mendulang-rupiah-di.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Ngabuburit Plus Mendulang Rupiah di Lembah UGM
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Ngabuburit Plus Mendulang Rupiah di Lembah UGM
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar