Laporan Reporter Tribun Jogja, Ekasanti Anugraheni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Jumlah kasus kanker di wilayah DIY tertinggi dibandingkan provinsi lain di seluruh Indonesia. Fakta tersebut merupakan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
"Angka prevalensinya 4,2 dari 1.000 penduduk. Kasus ini tertinggi secara nasional," ucap Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan DIY, Daryanto Chadorie, Rabu (2/7).
Jumlah kasus kanker payudara dan kanker kanker leher rahim (serviks) juga terus mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada 2009, kasus kanker serviks sebanyak 111 dan kanker payudara 191 kasus. Sedangkan pada 2014, untuk periode Januari hingga April, sudah ada 29 kasus payudara dan lima kasus kanker serviks yang baru.
Padahal, kedua penyakit tersebut merupakan pembunuh utama wanita. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan, sebanyak 490 ribu wanita terdiagnosa kanker serviks. Dari angka itu, 240 ribu atau setengahnya meninggal dunia. Hampir 80 persen di antaranya berasal dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Data Dinkes DIY menunjukkan, penderita kanker terbanyak berasal dari kalangan usia 25 hingga 64 tahun. Kendati demikian, kanker nyatanya juga ditemukan di usia remaja 15 hingga 24 tahun.
Untuk mengatasi tingginya kasus kanker DIY, Dinas Kesehatan DIY tengah menggalakkan program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di desa-desa. Melalui program ini, Dinkes DIY akan merekrut kader-kader kesehatan dari masyarakat sipil. Mereka akan dilatih agar bisa mendeteksi penyakit lebih dini. Terutama penyakit-penyakit tidak menular yang sering diabaikkan gejalanya oleh warga meliputi kanker, diabetes mellitus (DM), hipertensi, stroke dan obesitas.
Untuk 2014 ini, Dinkes sudah membagikan alat pemeriksaan Posbindu Kit ke kader kesehatan yang kelembagaannya masih melekat di Posyandu. Rencananya, kader-kader akan mulai dilatih pada 2015 dengan anggaran mencapai Rp3 miliar. Merekalah yang akan menjadi ujung tombak 100 Posbindu yang akan dikembangkan di lima kabupaten/kota di DIY.
"Kalau ada warga dengan gejala penyakit, kader Posbindu ini akan langsung merujuk ke Puskesmas agar bisa ditangani," kata Daryanto.
Pada penanganan kasus serviks sebagai contohnya, data deteksi dini tahun 2014, dari 100 responden yang mengikuti tes IVA di Bantul, 20 orang di antaranya menunjukkan adanya peradangan (lesi) pra kanker. "Itu stadium awal. Jika segera diobati bisa sembuh. Tapi seringnya orang tidak paham, karena tidak ada gejalanya. Ketahuan sudah stadium tiga, itu sudah sulit disembuhkan. Makanya harus deteksi dini," papar Daryanto.
Untuk layanan tes IVA (deteksi kanker serviks), Dinkes DIY menyediakan layanan gratis di 36 Puskesmas di DIY. Begitu juga dengan layanan pap smear, juga untuk mengecek gejala kanker serviks. "Gratis. Kalau cek di layanan swasta biasanya sekitar Rp130 ribu per orang," tandasnya.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DIY Etty Kumolowati mengatakan, angka prevalensi kanker DIY lebih tinggi dibanding prevalensi nasional. Adapun prevalensi nasional 1,4 per 1000 penduduk. Sementara DIY mencapai 4,2 per 1000 penduduk.
Faktor utama pemicu penyakit tak menular ini adalah pola makan. Khusus di DIY, kebiasaan makan buah dan sayur sangat rendah, sehingga kebutuhan serat kurang. Untuk mengatasinya, perbanyak konsumsi buah sayur, lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, tidak merokok dan minum alkohol, asupan gizi cukup serta membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Ini untuk menghindari penyakit-penyakit yang banyak duitnya itu (kanker, diabetes mellitus, stroke, hipertensi dan lain-lain," imbuh Chadorie. (Tribunjogja.com)
Anda sedang membaca artikel tentang
Kasus Kanker di DIY Tertinggi Nasional
Dengan url
http://jogyamalioboro.blogspot.com/2014/07/kasus-kanker-di-diy-tertinggi-nasional.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Kasus Kanker di DIY Tertinggi Nasional
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Kasus Kanker di DIY Tertinggi Nasional
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar