TRIBUNJOGJA.COM, BABADAN - Letusan minor Gunung Merapi (2.930 mdpl) pada Minggu (20/4) antara pukul 04.25 hingga 04.33 tak hanya menyemburkan abu dan pasir vulkanik.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Babadan, Purwono, menyaksikan muntahan batu pijar yang jatuh ke lereng/hulu Kali Lamat serta Senowo.
Kesaksian muncratnya batu pijar dari kawah Merapi juga disampaikan Silma (17) dan Aditya Fajar (16), dua siswa yang saat kejadian sedang berkemah di lapangan Glagahsari, Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman.
"Tadi sempat lihat semacam lava atau apapun itu berwarna merah-merah keluar dari perut gunung, karena panik saya tak memperhatikan dengan betul benda apakah itu," aku Silma, siswa MAN 2 Yogya yang lari ketakutan dari lokasi kemah ke permukiman di Kalitengah Lor.
"Sempat terlihat lava meleleh menuruni gunung, waktu itu keadaan disekitar gunung terpantau gulita," timpal Aditya Fajar, siswa SMKN 3 Yogya ini. keduanya ditemui saat mengemasi peralatan kemah di lapangan Glagahsari, Minggu siang.
Tekanan kuat
Kembali menurut petugas Pos Babadan, Purwono, material panas tersebut terlontar hingga jarak sekitar satu kilometer dari puncak Merapi. Lontaran batu pijar ke arah hulu Kali Senowo dan Kali Lamat itu teramati dari jarak sekitar 4,4 kilometer.
"Untuk suara gemuruhnya sekitar delapan menit dan diperkirakan ada embusan asap, namun tidak dapat dilihat karena visual terhalang kabut," kata Purwono ditemui di Pos Babadan, Magelang, Minggu pagi.
Purwono memperkirakan, lontaran batu pijar itu akibat tekanan cukup kuat dari perut gunung. "Untuk ukuran batu pijar berdiameter sekitar setengah hingga satu meter," jelasnya.
Dia memastikan lontaran tersebut bukan merupakan guguran dan tidak ada awan panas yang menyertai lontaran material itu. Untuk tinggi kolom asap tidak teramati.
Pemicu adanya lontaran ini, sama seperti dengan kejadian letupan Merapi sebelum-sebelumnya yakni hujan di puncak dan pengaruh gempa tektonik beberapa hari terakhir. Material pijar serupa juga pernah terlontar pada tanggal 22 Juli dan teramati di Pos Babadan.
Diminta tanggapan terkait lontaran batu pijar ini, Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta, Ir Sri Sumarti, mengaku belum mendapatkan informasi lengkap terkait fenomena itu.
"Saya belum tahu tentang itu," kata Sri Sumarti sembari menambahkan ia tidak bisa berkomentar lebih banyak terkait hal tersebut. Kondisi dan akivitas Merapi hingga Minggu sore terpantau tenang. "Info hingga sore ini kegempaan masih landai," tutup Sri Sumarti.
Sebaran abu
Pascaletusan minor Minggu subuh, hujan abu dan pasir di sektor barat terjadi di Desa Krinjing, Sewukan, Keningar, Ngargomulyo, Dukun, di Kecamatan Dukun, serta beberapa wilayah di Kecamatan Srumbung.
"Bahkan menurut informasi dari rumah saya yang berjarak sekitar 8-9 kilometer sempat terdengar hujan pasir di atap rumah. Namun, setelah itu Merapi tampak cerah dan ada asap tipis membubung berwarna putih," kata seorang warga Sewukan, Dukun.
Warga di sektor barat Merapi pada jarak antara 5 hingga 12 kilometer dari puncak Merapi terkejut dan keluar rumah saat mendengar suara bergemuruh.
Nafi (27), warga Dusun Banggalan, Desa Dukun, Kecamatan Dukun, panik saat melihat titik merah dan mendengar suara gemuruh dari Merapi.
Dari rumahnya yang berjarak sekitar 11 kilometer dari puncak merapi, kilatan berwarna merah itu terlihat jelas. "Ada cleret merah tapi hanya sekali. Sementara, suara gemuruhnya keras. Saya takut dan trauma dengan kejadian sebelumnya dari Merapi," kata Nafi.
Hujan pasir dapat teramati di sejumlah atap rumah dan tanaman pertanian milik warga setempat. Pantauan Tribun Jogja, pasir itu berwarna putih keabu-abuan dan teramati dengan jelas di dedaunan, atap plastik pembibitan dan atap rumah warga.
Harjo Dengkek (41), salah satu relawan menambahkan, saat hujan pasir suaranya juga terdengar jelas. Diapun mengaku melihat warna merah keluar dari puncak Merapi. Begitu juga dengan suara gemuruh.
"Suara hujannya kemresek di atap rumah saya yang terbuat dari asbes. Sejumlah warga di daerah lain seperti Dukun, Keningar juga mengalami hal serupa," ucapnya.
Utara aman
Warga di perbatasan Kabupaten Boyolali-Magelang juga mendengar suara gemuruh. Namun, tidak ada hujan abu dan pasir. Saryono (53), warga Desa Tlogomulyo, Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, mengatakan, tidak melihat titik pijar berwarna merah.
"Saya hanya mendengar suara gemuruh. Tidak ada hujan abu dan pasir. Saya juga tidak panik karena itu hal biasa. Kami hanya langsung berkumpul di pekarangan seusai gemuruh itu," paparnya.
Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang, Joko Sudibyo menjelaskan dari pantauan pihaknya hujan abu meliputi wilayah Kecamatan Salam, Muntilan, Borobudur, Dukun, dan Srumbung.
Di sektor selatan, hujan abu kategori sedang mengguyur wilayah Kepuharjo, Cangkringan, Turi, Pakem, dan Tempel.
Dalam intensitas lebih rendah, abu turun di sejumlah wilayah di Maguwo, Moyudan, Godean, Minomartani, Candi Gebang, Tegalrejo Yogya, Banguntapan, Sidoarum dan Godean hingga Pandak, Bantul.
Tiupan angin yang mengarah ke barat daya membawa abu Merapi hingga Pengasih, Kalibawang, hingga di Ambalresmi, Kebumen. Hujan abu tipis di wilayah ini turun di atas pukul 10.(ais/pdg/dnh/mon)
Skandal Kuliner Terkait
Disegel, Bakpia Tidak Asli Jadi Buronan di Malaysia
Anda sedang membaca artikel tentang
Batu Pijar Muncrat di Puncak
Dengan url
http://jogyamalioboro.blogspot.com/2014/04/batu-pijar-muncrat-di-puncak.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Batu Pijar Muncrat di Puncak
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar