Laporan Reporter Tribun Jogja, Pristiqa Ayun Wirastami
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Indonesia saat ini merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Pada tahun 2013 telah memproduksi 27 juta ton dan diperkirakan pada tahun 2014 akan mencapai lebih dari 29 juta ton dengan ekspor lebih dari 15 juta ton.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan saat menjadi keynote speaker dalam Workshop Percepatan Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) bagi eksekutif perusahaan perkebunan kelapa sawit di Yogyakarta, Jumat (28/2).
"Apabila penggunaan biofuel di Indonesia naik menjadi 10 persen, maka Indonesia akan menjadi negara produsen, eksportir, dan pengguna sawit terbesar di dunia," kata Rusman, Jumat (28/2/2014).
Bagi Indonesia, lanjutnya, industri kelapa sawit tentunya mempunyai prospek yang menjanjikan untuk ke depannya. Dari industri ini, bisa mendatangkan lebih dari 21 miliar dollar per tahun sebagai pendapatan ekspor.
Oleh karena itu, sertifikasi ISPO sangat penting untuk menetapkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan pada industri kelapa sawit. Agar produksi kelapa sawit ke depannya terus bertambah.
"Keikutsertaan para pekebun dalam skema ISPO adalah wajib. Kewajiban ini dalam rangka kepatuhan pelaksanaan terhadap ketentuan perundangan yang berlaku di Indonesia, amanat UUD 1945, pasal 3 ayat 4 yang berbunyi perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan serta dengan menjaga keseimbangan dan kemajuan ekonomi nasional," jelas Rusman.
PT. Gawi Bahandep Sawit Mekar (GBSM) yang berlokasi di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, salah satu anak usaha Triputra Agro Persada (TAP) Group adalah salah satu perusahaan yang memperoleh sertifikat IPSO dari Kementrian Pertanian.
Sertifikat IPSO diterima langsung oleh Direktur Utama GBSM, Tjandra Karya Hermanto. Menurutnya, sertifikat ini sebagai suatu pencapaian yang luar biasa dan memotivasi untuk terus mengembangkan bisnis kelapa sawit di Indonesia.
"Ini pertama kalinya perusahaan dari Triputra Agro Persada Group memperoleh sertifikat ISPO. Tentu kami bangga dan berharap pencapaian ini segera diikuti oleh perusahaannya lainnya," kata Tjandra.
Tjandra juga menjelaskan, perusahaan yang ia pimpin menerapkan pula Corporate Social Responsibilty sebagai bentuk tanggunh jawab sosial mereka terhadap masyarakat sekitar.
"Kami memberikan 20 persen dari keseluruhan kebun plasma perusahaan untuk menjadi hak milik masyarakat sekitar. Satu kepala keluarga biasanya akan mendapat kebun seluas dua hektar," jelasnya.
Kepada wartawan, Rusman menjelaskan untuk mendapatkan ISPO, sebuah perusahaan kelapa sawit harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Antara lain sistem perizinan dan manajemen perkebunan, penerapan pedoman teknis budidaya dan pengolahan kelapa sawit, pengelolaan dan pemantauan lingkungan, tanggung jawab terhadap pekerja, tanggung jawab sosial dan komunitas, pemberdayaan kegiatan ekonomi masyarakat, dan meningkatkan usaha perkebunan secara berkelanjutan.
Sejak penerapan ISPO bulan April 2011, sudah ada 40 perusahaan yang telah disertifikasi ISPO dan ada sebelas Lembaga Sertifikasi telah ditunjuk untuk melaksanakan sertifikasi ISPO. Ditargetkan pada akhir 2014 seluruh perkebunan sawit di Indonesia telah bersertifikat ISPO. (tiq)
Anda sedang membaca artikel tentang
Produksi Kelapa Sawit Capai 29 Juta Ton
Dengan url
http://jogyamalioboro.blogspot.com/2014/03/produksi-kelapa-sawit-capai-29-juta-ton.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Produksi Kelapa Sawit Capai 29 Juta Ton
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Produksi Kelapa Sawit Capai 29 Juta Ton
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar