TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tata kelola air di kompleks Ratu Boko ternyata tak hanya sebatas menampung hujan yang turun. Tapi juga sampai pada taraf mengolah agar air bisa siap dikonsumsi para penghuninya.
Arkeolog UGM Yogyakarta, Dr Djoko Dwiyatno, memaparkan, pemilihan lokasi untuk pembangunan kompleks Ratu Boko sebenarnya tidak tepat. Alasan utamanya adalah tak adanya sumber air tanah.
Jika sampai akhirnya situs itu dibangun, pendirinya pasti telah memersiapkan teknologi terapan. Terutama mengenai ketersediaan air untuk kepentingan penghuninya.
"Situs (permukiman) tertua di dunia pun dipastikan dekat dengan sumber air," jelas Djoko, pekan lalu.
Menjadi menarik ketika kemudian pendiri memilih lokasi di atas tebing padas untuk membangun kompleks Ratu Boko. Menurut dia ada dua kemungkinan. Pertama adalah pemanfaatan teknologi dan proses adaptasi luar biasa dari kelompok peradaban saat itu.
Wujud dari penerapan teknologi pada situs ini adalah adanya talud. Menurut Djoko penggunaan talud merupakan langkah maju pada zaman itu, abad 8-9 Masehi. Meskipun pola terasering yang digunakan pada talud Ratu Boko sudah ditemukan pada zaman megalitik, jauh sebelum itu.
Teknologi pengelolaan air tentu saja menjadi bagian paling mendasar. Jika hanya memanfaatkan air hujan, pasti cukup sulit untuk langsung dikonsumsi. Menariknya, pada bangunan pendapa utama ditemukan instalasi pengelolaan air bersih.
"Ini lah yang menurut analisis kami (arkeolog) digunakan sebagai mengolah air siap minum," ujar Djoko. Bentuk instalasi air itu cukup sederhana.
Menempel di dinding pendapa berbentuk seperti selokan. Dengan lebar 10-15 cm, kedalaman sekitar 10 cm dan berbentuk U, instalasi ini mengalirkan air sampai ke penampungan di belakang pendapa.
Berbahan batu andesit, instalasi air ini diasumsikan mampu mengurangi kadar kotoran dari air hujan. Lebih lanjut Djoko menguraikan, kemungkinan juga ada cara untuk menjernihkan air itu sebelum siap konsumsi.
Seperti menempatkan ijuk atau pasir di sepanjang selokan dan penampungan. "Sederhananya, air yang mengalir pada batu andesit tanpa diberi ijuk pun sudah mengurangi kotoran," urai pakar epigrafi ini.
Pada pendapa, juga terdapat saluran yang berfungsi untuk mengeluarkan air dari dalam menuju saluran instalasi. Pada bagian luar saluran ini (jaladwara) dialirkan melalui hiasan kecil berbentuk semacam arca.
Dengan demikian, lanjut Djoko, manusia yang hidup di kompleks Ratu Boko kala itu mampu menjawab persoalan besar.
Bagaimana suatu komunitas dapat bertahan melawan kekurangan air? Padahal air adalah komponen hidup utama. "Kajian untuk membangun situs ini sangat lengkap," tandas Djoko.(hdy)
Anda sedang membaca artikel tentang
Instalasi Penjernihan Air Ada di Pendopo Ratu Boko
Dengan url
http://jogyamalioboro.blogspot.com/2014/03/instalasi-penjernihan-air-ada-di.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Instalasi Penjernihan Air Ada di Pendopo Ratu Boko
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Instalasi Penjernihan Air Ada di Pendopo Ratu Boko
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar