Seniman Putu Sutawijaya : Imlek Perayaan Budaya

Written By Unknown on Minggu, 02 Februari 2014 | 11.22

  Laporan Reporter Tribun Jogja, Yudha Kristiawan  

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Aroma dupa yang menyengat terus menyeruak sepanjang hari di dalam dua Kelenteng yang ada di Kota Yogyakarta. Adalah Kelenteng Poncowinatan (Cenlingkiong) dan Kelenteng Gondomanan (Fuk Ling Mau) yang terlihat ramai pengunjung dari pada hari biasanya, Jumat (31/1) siang.

Perayaan Imlek 2565 Shio Kuda Kayu adalah alasan utama mayoritas mereka yang hadir di dua Kelenteng ini. "Gong Xi Fa Cai" kalimat yang kurang lebih berarti selamat tahun baru Imlek terus diucapkan oleh setiap orang yang saling bertemu dan bertegur sapa.

Bukan hanya warga negara Indonesia yang kebetulan keturunan etnis Tionghoa yang nampak hadir di Kelenteng Gondomanan. Putu Sutawiijaya, perupa asal Pulau Dewata yang lama menetap di Yogya ini terlihat duduk di sebuah bangku di sudut Kelenteng.

Ia tak sendiri, bersamanya ada Istri dan ke dua anaknya. Ya, Putu yang notabenenya dibesarkan dalam budaya Bali dan agama Hindu yang kental memiliki istri keturanan Tionghoa.

Bagi Putu, perbedaan justru memberikan warna yang indah pada kehidupan keluarganya. Karenanyalah kemudian Putu tak pernah mempersoalkan keberagaman budaya yang ada di dalam keluarganya. Termasuk ketika anak dan istrinya turut merayakan Imlek.

"Saya dekat dengan budaya tionghoa, tidak sekedar fisiknya. Istri saya tionghoa, jadi saya mengalami ritual ini pas menikah dulu. Saya menikmatinya, karena sebenarnya semua untuk kebaikan," ujar Putu.

Bagi Putu, budaya tionghoa sedikit banyak berpengaruh pada proses kreatif penciptaan karyanya. Tak hanya secara visual namun juga spirit yang saat berkarya.

"Pengaruh dalam karya tak hanya dalam permukaan saja. Semangat dan spiritnya juga. Sastranya juga kuat. Semua saling mengisi, ternyata di ruang lain banyak hal baik. Kita ambil spiritnya. Di dalam keluarga, seperti perayaan Imlek ini, saya ngga pernah memaksakan, sesuai yang anak-anak pahami. Anak saya bilang, Pa, ayo berdoa untuk tahun baru, saya ikut menjadi bagian, ikut berbagi," ungkap Putu.

Sementara itu, salah satu pengurus Kelenteng Gondomanan, Angling Wijaya mengamini bahwa perayaan Imlek dan Kelenteng tak bersinggungan dengan agama tertentu. Menurutnya, ritual di Kelenteng salah satunya seperti perayaan Imlek tahun ini adalah budaya bukan milik agama tertentu.

"Ini untuk lintas agama. Semua lapisa boleh datang," tandasnya.

Angling pun menyambut baik era keterbukaan dan kebebasan melaksanakan budaya tanpa membedakan ras, agama, suku dan golongan. Ia pun sepakat era kepemimpinan Gus Dur adalah tonggak kebebasan berbudaya, khususnya bagi mereka yang merayakan Imlek dan upacara lain yang bersinggungan dengan keturunan Tionghoa di Indonesia.

  "Dulu, sebelum Gus Dur, pas Imlek begini tak libur. Tapi sekarang jadi libur nasional, ini adalah sebuah
penghormatan tersendiri bagi kami yang merayakan. Karena, kalau libur begini, kita bisa sembahyang lebih panjang," ungkap pria
  yang sejak tahun 1967 sudah aktif di Kelenteng ini. (Yud)  

Anda sedang membaca artikel tentang

Seniman Putu Sutawijaya : Imlek Perayaan Budaya

Dengan url

http://jogyamalioboro.blogspot.com/2014/02/seniman-putu-sutawijaya-imlek-perayaan.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Seniman Putu Sutawijaya : Imlek Perayaan Budaya

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Seniman Putu Sutawijaya : Imlek Perayaan Budaya

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger