Laporan Reporter Tribun Jogja, Ekasanti Anugraheni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Seorang abdi dalem Tepas Dwarapura Keraton Kasultanan Yogyakarta Mas Wedono Isworo Sutoharjono (57) bertekad menghabiskan masa pensiunnya menjadi abdi dalem demi mendapatkan ketentraman.
"Yang dicari itu ketentraman. Kalau menginginkan harta bukan disini tempatnya. Daripada numpak Mercy tapi mbrebes mili, mending numpak sepeda tapi sehat," ucap pria yang akrab disapa Romo Isworo dijumpai di Kompleks Keraton Kasultanan Yogyakarta, Kamis (5/12/2013).
Romo Isworo mulai menjadi abdi dalem sekitar dua tahun terakhir. Sebelumnya ia adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sempat berpindah-pindah tugas di berbagai instansi daerah. Namun semenjak pensiun pada Agustus 2011, Romo Isworo memantapkan tekadnya menjadi seorang abdi dalem. Awalnya ia sempat tidak diterima menjadi abdi dalem keraton karena tidak memiliki keahlian apapun di bidang seni budaya. Namun, seorang kawan lama lantas membantunya mempelajari tentang tradisi Keraton, tentang bagaimana mengenakan busana Keraton maupun lampah-lampah lainnya.
Karenanya, ketika wacana kenaikan honor abdi dalem mulai mencuat di berbagai media, Romo Isworo juga tidak lantas menanti-nanti kenaikan honor itu. Ia merasa sudah cukup dengan gaji pensiunan yang diterimanya rutin sekitar Rp 2 juta perbulan. Sehingga, menjadi abdi dalem memang wujud pengabdian total terhadap kebudayaan. Sebab, selama dua tahun terakhir ia menjabat sebagai Wedono, Romo Isworo tidak mendapatkan honor.
Meski demikian, ia juga menyambut baik wacana kenaikan honor itu. Ia sudah mengumpulkan sejumlah persyaratan antara lain KTP, Kartu Keluarga dan foto. Baginya, kenaikan honor abdi dalem sebenarnya merupakan tanggungjawab yang besar. Jam kerja yang sebelumnya tidak wajib, akan berubah menjadi wajib.
"Makanya ada beberapa abdi dalem yang merasa tidak kuat lantas mengundurkan diri," ucapnya.
Selain Romo Isworo, seorang abdi dalem prajurit dari Pasukan Surakarsan, Mujiraharjo (59) serta abdi dalem prajurit Plangkir dari Kadipaten Pakualaman, Wirodarpo (48) juga diminta menyerahkan surat kekancingan, KTP, Kartu Keluarga serta surat nikah ke secretariat masing-masing.
"Katanya untuk pendataan kenaikan gaji. Tapi kami belum tahu kapan dan berapa naiknya," tutur Wirodarpo kepada Tribun Jogja.
Meski demikian, setiap abdi dalem sadar bahwa status yang disandangnya itu merupakan pengabdian, tanpa mengharapkan imbalan. Sehingga, para
abdi dalem tidak pernah menuntut apapun terhadap Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Diparingi matur nuwun, mboten diparingi njih mboten nopo-nopo (Diberi imbalan ya bersyukur, tidak diberi juga tidak masalah)," ucapnya. (esa)
Anda sedang membaca artikel tentang
Wujud Pengabdian Total, Jadi Abdi Dalem Bukan untuk Cari Uang
Dengan url
http://jogyamalioboro.blogspot.com/2013/12/wujud-pengabdian-total-jadi-abdi-dalem.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Wujud Pengabdian Total, Jadi Abdi Dalem Bukan untuk Cari Uang
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Wujud Pengabdian Total, Jadi Abdi Dalem Bukan untuk Cari Uang
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar