Rute Pendakian Kinahrejo Harus Ditutup

Written By Unknown on Jumat, 21 Desember 2012 | 11.22

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN – Jalur pendakian menuju Gunung Merapi telah mengalami perubahan drastis sejak erupsi merapi 2010 silam. Kini, setelah dua tahun berlalu, banyak jalur pendakian yang hilang, akibat hancur maupun tertutup semak belukar serta pepohonan yang tumbang.

Erupsi itu pun telah menghapus jalur pendakian rute Kinahrejo, sehingga tidak memungkinkan dilalui atau digunakan lagi. Hal ini diakui Ari Sukma, seorang relawan yang sudah lama berkecimpung dalam misi penyelamatan, navigasi serta orientasi medan hutan dan pegunungan.

"Sekarang, jalur Kinahrejo memang sudah tidak layak, bahkan sudah harus ditutup karena rutenya sendiri sudah hilang dan sangat membahayakan, lebih jauh lagi, rute ini sebenarnya sudah bukan jalur pendakian lagi," jelas pria yang dulunya aktif di kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Sanata Dharma (Mapasadha) ini, Kamis (20/12/2012).

Oleh karena itu, ia mengimbau para pendaki untuk tidak melewati jalur tersebut, lantaran kondisinya yang serba tidak pasti. Semisal cuaca yang tiba tiba berubah, dari cerah kemudian berakabut, tingginya semak belukar yang ada di sepanjang rute, serta banyaknya blank, sejenis pertemuan dua tebing curam yang kerap kali tidak terlihat karena rekahannya tidak terlalu besar.

Belum lagi, lanjutnya, aktivitas vulkanis yang juga sulit diprediksi menjadi tantangan tersendiri baik itu bagi seorang pendaki pemula maupun bagi mereka yang sudah berpengalaman sekalipun.

Dengan demikian, siapapun yang hendak mendaki Gunung Merapi, sebaiknya menggunakan jalur resmi semisal melewati Selo, Boyolali. Kondisinya jauh lebih baik dibandingkan jalur selatan, lantaran masih terdapat rute yang mudah dikenali dan penunjuk arah serta adanya pos pemantauan. Hal itu berbeda jauh dengan jalur Kinahrejo yang sudah terputus total.

Berkaca pada pengalaman tersesatnya lima orang warga pada Rabu (19/12/2012) lalu, setidaknya ada beberapa hal yang bisa diambil sebagai pelajaran bagi para pemula. Menurut pria yang akrab disapa Wungkal ini, perlengkapan yang harus dibawa dan paling penting yakni meliputi survival kit, yang meliputi tenda, senter satu orang satu, obat–obatan, jaket, kaus yang mampu menyerap keringat, jas hujan, kaus kaki dan tangan, penutup kepala, ikat pinggang, sepatu untuk mendaki, sleeping bag atau matras, peralaran masak, pematik api, pemanas, ransel, dan pisau rimba. Jika memungkinkan, diharapkan membawa peta, GPS, kompas, jam tangan, ponsel maupun handy talky.

"Nah kalau membawa logistik juga jangan sampai di press kan sesuai dengan target waktu, tapi lebihkan untuk persediaan satu maupun dua hari selanjutnya, karena sifat pendakian juga yang kerap kali serba tidak pasti, termasuk juga pendakian di merapi," jelas pria yang sempat ikut misi penyelamatan Mahasiswa Pecinta Alam UGM di Gunung Slamet beberapa tahun silam ini.

Adapun yang kerap kali terjadi selama ini, biasanya para pemula merasa menggampangkan semua syarat aktivitas pendakian itu. Padahal pendakian harus benar–benar dipersiapkan secara matang termasuk diantaranya diharapkan mengikutsertakan orang lain yang paham benar mengenai rute dan survival di medan berat.

"Intinya ya itu tadi, jangan menggampangkan, kalau belum memiliki pengalaman, jangan memaksakan, kami saja harus berpikir ulang untuk melalui rute Kinahrejo ini," pintanya. (*)


Anda sedang membaca artikel tentang

Rute Pendakian Kinahrejo Harus Ditutup

Dengan url

http://jogyamalioboro.blogspot.com/2012/12/rute-pendakian-kinahrejo-harus-ditutup.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Rute Pendakian Kinahrejo Harus Ditutup

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Rute Pendakian Kinahrejo Harus Ditutup

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger