Bintang Lawu bisa dibilang sosok yang sangat mengenal seluk beluk Gunung Lawu. Menurutnya Gunung ini dahulu kala bernama Wukir Mahendra. Karena keindahannya, maka diutuslah keturunan dewa untuk mendirikan kerajaan pertama di Pulau Jawa. "Namun hal itu terjadi pada masa prasejarah, sehingga keabsahannya sulit di buktikan. Hanya bekas-bekasnya saja yang masih dapat kita saksikan sampai sekarang," ujar lelaki bernama asli Loso Sumantri Inda Waskitha ini.
Bintang menjelaskan bahwa menurut cerita sejarah geologi, nama Wukir Mahendra lama-kelamaan sirna bersamaan ledakan dahsyat yang membelah Wukir Mahendra menjadi berkeping-keping, dan konon puncak kepundennya terlempar hingga sekarang menjadi puncak gunung teraktif di dunia, yaitu Gunung Merapi dan Gunung Kelud. "Adapun puncak yang tidak berapi berhamburan membentuk pegunungan sewu yang membentang dari wilayah Lawu hingga Gunung kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan puncak tertinggi terlempar menjadi Gunung Purung di lereng barat, dan Gunung Limo di Pacitan," jelas pria kelahiran Karanganyar, 27 Desember 1975 ini.
Hal itu, lanjutnya, dibuktikan lagi bahwa kawah Gunung Lawu malah berada sekitar selter II Taman Sari, padahal Telaga Kuning dan Lembung Silayur adalah kawah tua yang sudah tidak berfungsi. Menginggat Gunung Lawu berjenis strato volkano (gunung berapi), namun saat ini merupakan ia adalah gunung berapi yang sedang tidur. Berkat kedahsyatan letusan gunung Lawu purba dan Gunung Merbabu purba, tersingkaplah lapisan tanah di sekitarnya sehingga terungkaplah jejak manusia purba yang pernah mendiami tanah jawa dari jaman sesudah jaman es.
Di bandingkan gunung yang lain di Pulau Jawa, masih banyak gunung yang ketinggiannya melebihi Gunung Lawu, namun menurut Bintang, kita tidak boleh meremehkan saat mendakinya. Ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar yang pada hakekatnya merupakan semata-mata demi keselamatan, "Diantaranya janganlah kita mendaki ke puncak lawu dalam rombongan yang ganjil jumlahnya, karena hal itu akan membawa sial dalam rombongan itu," ujarnya.
Selain itu, para pendaki juga tidak boleh berlaku sombong, berlaku mesum, dan melakukan perbuatan yang tidak terpuji lainnya. Juga pantangan untuk memakai pakaian yang berwarna hijau daun. Tidak boleh mengeluh, misalkan kita mengeluh capek maka stamina kita akan mendadak menurun, mengeluh dingin maka kita akan kedinginan, bila kita mengeluh lapar maka kita akan kedinginan, bila datang ampak-ampak atau kabut dingin disertai suara gemuruh, jangan di lawan, tiarap ke tanah akan lebih baik. "Dan yang paling penting jangan merusak alam, tumbuhan, hewan, dan lainnya," urai pria yang bekerja swasta dan dikenal sebagai konsultan supranatural ini.
Bintang berkata bahwa Gunung pada umumnya berbentuk kerucut, dan puncak gunung adalah kesunyian. Bila kita bisa mencapai pada kesunyian diri, maka hanya Tuhan yang ada dalam hati dan pikiran kita. "dengan begitu mudahlah kita memilih jalan terbaik buat hidup kita," ucapnya. (rap)
Anda sedang membaca artikel tentang
Jangan Mendaki dalam Jumlah Ganjil ke Lawu
Dengan url
http://jogyamalioboro.blogspot.com/2012/11/jangan-mendaki-dalam-jumlah-ganjil-ke.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Jangan Mendaki dalam Jumlah Ganjil ke Lawu
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Jangan Mendaki dalam Jumlah Ganjil ke Lawu
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar